Januari 24, 2008

Makan di Saat Bahagia

Sebuah dialog dalam serial "Heroes" berkata bahwa orang-orang bahagia yang makan. Mungkin maksudnya kalau orang yang sedang senang hatinya yang punya nafsu makan. Tadinya saya pikir, "Kayaknya gak juga deh."

Tapi sesaat setelah mendengar dialog itu, sesuatu terjadi yang membuat mood saya turun, mata berkaca-kaca menahan tangis. Saat makan malam, saya pun makan sambil sebisa mungkin tidak membiarkan air mata jatuh. Sebenarnya, makan malam saya saat itu rasanya sedap. Menunya soto ayam dan nasi. Tapi akhirnya saya hanya makan sebagian. Makanan yang terlihat enak dan terasa lezat itu malah membuat saya mual. Menahan emosi sambil makan memang sangat tidak dianjurkan.

Saya jadi ingat dialog di "Jewel In The Palace" bahwa kesedihan memberi efek pada paru-paru. Mungkin karena sugesti, saya pun mulai batuk-batuk. Hahahaha payah.


Bersamamu

Dengan mimpi kita berusaha mencapai hidup...
dan untuk mengapai mimpi kita harus bangun dari tidur...

Reading The Sign

Saya bukan orang yang religius. Bisa dihitung pakai jari, banyaknya saya pergi ke tempat ibadah. Tapi itu tidak berarti saya melupakan Tuhan, kan?

I'm a human, trying to figure out this too unknown universe. Kalau dibilang orang yang spiritual juga mungkin terlalu ke-pede-an. Mungkin tepatnya orang yang berusaha memahami bahasa dan pertanda yang ditunjukkan Tuhan. Just wondering around and try to be me.


Turun Gunung

Bromo... terlalu indah untuk ditulis dalam kalimat.

Dilihat dari sisi manapun, Bromo tampak menakjubkan. Dikelilingi gurun penuh pasir, padang ilalang, dan kabut yang sering turun seolah-olah awan sedang berkunjung ke bumi. Lalu, alam menampilkan keajaibannya. Pasir seperti bernafas, kabut tipis melayang di atasnya.

Saya harus ke sana lagi... walau dinginnya menyengat kulit dan panasnya membakar muka.

Kejar Mimpi

Setiap orang biasanya memiliki beberapa impian. Jarang saya temui ada orang yang hanya punya satu mimpi. Impian-impian ini memiliki skala prioritas, mana yang paling fokus untuk dikejar, mana impian yang berperan sebagai pelengkap dari impian utama, mana impian alternatif untuk berjaga-jaga seandainya impian utama tak bisa diraih.

Malam itu, saya bertemu teman lama saya. Setelah diawali dengan hina-menghina (inilah cara kami berbasa-basi), kami pun mulai saling bertanya kesibukan masing-masing. Umurnya sudah nyaris kepala 4 dan sampai beberapa bulan kemarin dia sama sekali tidak menunjukkan adanya kesempatan melepas status jomblo (ingat status jomblo bukan status single, artinya selama ini dia sama sekali tak punya pacar!).

Kabar gembira itu pun terucap dari mulutnya. Teman saya itu akan menikah pada bulan Maret mendatang. Dia pun menyuruh saya untuk menyempatkan waktu datang ke pernikahannya. Masalahnya dia mau menikah di Jawa Timur. Jauh banget! Berarti saya harus nabung untuk biaya perjalanan ke sana dulu, dong.

Sebuah pertanyaan melintas di kepala saya, bukankah dia mengejar mimpinya untuk bekerja di sebuah departemen milik pemerintah di ibukota sebagai konsultan? Teman saya selanjutnya mengatakan bahwa setelah menikah, dia akan menetap di rumah mertuanya (di Jawa Timur). Lalu bagaimana dengan mimpinya untuk berkarir di Jakarta? Saya tak sempat bertanya.

Tapi manusia selalu berada di suatu pendakian, dengan berbagai jalan yang bisa dipilih untuk mencapai puncak. Pacar saya sempat bertanya pada saya,
"Lalu gimana dengan mimpi dia kerja di departemen X? Dulu dia ngebet banget pengen di sana."

Saya hanya bisa membalas lirih,
"Menikah pun impiannya."

Pacar saya hanya diam. Kadang manusia harus merebut mimpi yang sudah di depan mata dibanding mimpi yang masih di awang-awang.

Januari 02, 2008

Sifat Ibu

Belajar hidup dari mata orang-orang yang kau temui. Itulah kata-kata yang selalu saya pegang.

Suatu kali saya berkata pada seorang teman,
"Seorang ibu pernah menjadi tuhan selama 9 bulan. Apa yang diperbuat oleh si ibu, maka sang bayi pun mendapatkan hasilnya"

Lalu teman saya balik mendebat, mana bisa kita memperbandingkan ibu dengan Tuhan. Ibu bukan Tuhan. Saya hanya menghela nafas, percuma berdebat dengan orang yang punya latar belakang berbeda. Sampai berantem berkelahi juga tak akan mendapat titik temu.

Bukan maksud saya dengan mengatakan kalau ibu sama dengan Tuhan. Tapi sifat-sifat keibuan itu merupakan sifat Tuhan. Lagipula saya bisa bertemu Tuhan lewat mata seorang ibu. Saya selalu berusaha untuk bisa bertemu Tuhan lewat mata setiap orang.

Lalu dia pun kembali berkomentar :
"Ngebandingin ama Tuhan, itu jauh bgt deh."
Saya terpana. Lalu berkata,
"Kenapa kamu membuat Tuhan jauh. Tuhan itu begitu dekat, sangat dekat. Ia ada di hati saya."

Tapi ia kembali membantah dan mulai mengeluarkan teori-teorinya. Saya hanya diam dan meminum teh manis sambil membayangkan kira-kira Tuhan itu seperti apa ya?


Goreng Ayam, Nonton Kembang Api

Baru kali ini saya tahun baruan sama pacar. Kami memang baru 1 tahun pacaran. Tapi tahun baru yang lalu, saya malah bersama seorang teman dekat. Karena Gde (nama pacar saya) merayakannya bersama keluarga.

Sebenarnya saya pun jarang merayakan tahun baru. Rasanya malam tahun baru sama saja dengan malam-malam sebelumnya. Mungkin bagi beberapa orang pun begitu. Sementara orang lain, malah menanti-nantikan tahun baru untuk merayakan bersama orang-orang terdekat, berpesta, menonton konser di monas, atau sekedar muter-muter. Saya menikmati malam tahun baru sebagai kesempatan saya menonton kembang api. Saya cinta banget sama kembang api. Seperti bunga yang mekar di gelapnya malam.

Sejak SMA sampai tahun lalu, biasanya tiap malam tahun baru, saya bersama seorang teman dekat berkeliling untuk hunting kembang api. Tapi tahun ini, saya ingin bersama Gde.

Kami pun merencanakan merayakan tahun baru bersama teman-teman kantor kami yang dulu. Pukul 11 siang saya sudah sampai di Pancoran. Kira-kira jam 7 malam, bersama OB kantor bernama Untung, kami pun membeli cemilan di Superindo terdekat. Sesampai di kantor, ternyata Gde sudah datang sambil membawa makanan untuk menyambut tahun baru.

Kantor sebenaranya tak begitu rame. Hanya ada saya, Gde, Mas Un (Untung), dan my ex-boss. Saya pun memeriksa belanjaan Gde. Ternyata dia membeli ayam potong yang sudah diberi bumbu dan margarin. Dia berniat untuk mengoreng ayam! Akhirnya mulailah dia memanaskan kompor listrik. Lalu ayam dioles margarin dan mulai digoreng. My ex-boss tampak takjub dengan tangan terampil Gde. Sementara saya hanya menonton aksi Gde saja tanpa ikut membantu. Habisnya, memang Gde lebih jago masak daripada saya.

Hanya saja, Gde ini punya tubuh yang aneh. Masa gampang banget kesetrum. Jadi kalau sudah urusan menyolok steker atau urusan kabel sih itu jagonya saya. Tadinya ex-boss saya mau pulang, tapi dia malah keasyikan nonton Gde masak. Pas giliran ayam sudah jadi, dia malah pulang.

Saat ayam goreng siap dimakan, saya yang pertama menyambar ayam itu. Sebelumnya Mas Un juga sudah masak nasi. Ternyata ayam gorengnya enak banget. Tapi Gde malah nyahut,
"Banyak MSG-nya ya, makanya enak."
Kalau dipikir-pikir sih iya juga. Tapi bodo amat, abis emang enak ^^

Teman kantor saya ada yang sempat datang bersama istrinya. Tapi giliran menuju pukul 00.00, kami tinggal bertiga di kantor (saya, Gde, dan Mas Un). Di luar kantor sudah rame terdengar bunyi petasan dan kembang api. Tapi hujan terus turun. Akhrinya berbekal payung, saya dan Gde pun keluar. Berjalan berdua di tengah hujan dalam lindungan satu payung. Terdengar romantis, ya. Sebenarnya sih tidak juga, karena yang saya pedulikan saat itu cuma mengejar momen melihat kembang api. Tapi mungkin karena hujan, kembang api malah tak begitu rame muncul.

Mas Un sempat keluar sebentar, tapi pas melihat hujan menang atas kembang api. Dia balik ke ke ruangan dan asyik chatting.

Saya dan Gde sempat berjalan-jalan. Tepat pukul 00.00, beberapa orang yang keluar untuk bermain kembang api pun berteriak "SELAMAT TAHUN BARU". Gde pun berbisik,
"Akhirnya tahun ini kita bisa tahun baru-an bareng ya"

Selamat tahun baru semua. Semoga berkat bersama kita di tahun 2008.