September 22, 2008

Pilihan dan Nasib

Akhir-akhir ini, entah mengapa, beberapa kata berputar-putar di kepala, hingga membentuk sebuah kalimat:

"Pilihanku adalah nasibku"...

Jalan apa yang kamu pilih akan menjadi nasibmu. Memang saya di tengah persimpangan jalan dan cepat atau lambat saya harus memilih.

Saya tidak pernah percaya takdir. Nasib adalah pilihan yang kita tempuh dan jalani. Saya tidak pernah percaya istilah pilihan yang baik dan pilihan yang buruk. Terdengar arogan? Biarlah ^^

September 21, 2008

Orang Atheis Adalah Orang Yang Selalu Ingat Tuhan

Judul di atas diucapkan teman dekat saat kami masih kuliah. Entah sudah beberapa tahun silam. Sebuah kalimat yang menyindir saya dan membuat saya merenung.

Alasannya simpel, menjadi atheis di lingkungan mayoritas theis (terutama negara-negara seperti Indonesia), tentu saja tidak mudah. Di kala seseorang bertahan dengan persepsi dirinya di tengah terjangan pemikiran normal dan pada umumnya, tentu membuat dia kembali berpikir ulang mengenai persepsinya itu.

Orang atheis akan terus menanyakan eksistensi Tuhan di kala orang-orang kebanyakan menerima keberadaan-Nya dengan pasrah alias taken for granted. Karena doktrinasi sejak kecil membuat keberadaan Tuhan sebagai sesuatu yang umum dan bukan hal yang asing.

Berbeda dengan orang atheis yang hidup di lingkungan theis, akan selalu berusaha mencari pembenaran dari pemikirannya dan jawaban untuk pertanyaan paling utama dalam otaknya, "Kenapa orang bisa percaya kalau Tuhan itu ada?" bukan pertanyaan, "Apakah Tuhan itu ada?".

Di saat seseorang akan menjadi atheis, pertanyaan kedua yang akan terus melingkar di kepala. Tapi orang atheis yang hidup di kalangan theis, akan lebih sering bertanya mengapa lingkungan sekitar mempercayai-Nya.

Saat dia bertanya dengan orang theis atau orang theis melontarkan pertanyaan mengenai sikapnya yang atheist, pikiran akan kembali ke satu topik: TUHAN.

Pada akhirnya, orang atheist lah yang sering memikirkan Tuhan, dan membawanya untuk selalu mengingat Tuhan.

September 20, 2008

Sayatan di Pergelangan Tangan

Seorang teman nekat mengiris pergelangan tangannya sendiri. Satu.... dua kali.... lalu jadi keseringan. Menatap darah pekat yang mengalir pelan.

Saat itu, dia menunjukkan pergelangan tangannya yang biasanya selalu tertutup jam tangan ukuran besar. Tampak dengan jelas bekas sayatan-sayatan.

"Aku ingin menyayatnya sekarang," sahutnya lirih tanpa beban.

"Jangan pernah loe berani ngelakuin itu di depan mata gue," jawab saya menahan marah.

"Lagian gak ada yang peduli, Dek"

"Jadi loe anggap gue apaan? Sampah?!"

Teman saya terdiam. Memasang kembali jam tangannya dan menatap saya lama.

Saya pernah bertemu dengan beberapa orang yang memiliki kecenderungan yang sama dengan teman saya itu. Mereka menyayat pergelangan tangan dengan tenang, meresapi perasaan saat darah mengalir keluar. Dan, saat sakit mulai merayap, dia akan sadar bahwa dia hidup dan ada

Hanya itu, bukan untuk bunuh diri dan mati. Tapi sebaliknya, untuk merasa hidup...


September 17, 2008

Sahur - Makan Siang - Buka Puasa

Di bulan puasa, selepas jam 6 sore, jalanan begitu lengang. Biasanya, jam segitulah neraka macet dimulai.

Gde berceloteh pada supir taksi yang membawa kami pulang. Celotehan betapa indahnya jika jalanan Jakarta bisa selalu lowong seperti ini. Sebenarnya macet tetap ada, hanya berpindah waktu saja. Selama bulan puasa, macet berpesta di jam 4 sore. Tapi, buat saya yang tiap hari pulang kantor jam 6 sore, tentu saja jalanan bagaikan permadani indah nan mulus.

Gde kemudian berkomentar tentang karakter manusia Jakarta yang berlomba-lomba pulang cepat demi buka puasa bersama di rumah. Mendengar pernyataan Gde itu, supir taksi pun menyahut dengan cueknya:

“Ah, warung-warung kalau jam makan siang tetap rame tuh. Orang Jakarta sih sahur iya, makan siang juga iya. Nanti pas buka puasa, juga ikut makan, sambil bilang ‘Aduh lapar nih’, padahal dia udah makan siang.”

Saya dan Gde pun hanya tertawa. Terlintas di kepala, ucapan teman saya:

“Duh, kok jatah gak puasa gue belum datang-datang juga ya?”

Jatah gak puasa maksudnya datang bulan. Saya hanya diam. Tapi dalam hati bertanya, “Jadi sebenarnya apa niatmu dalam berpuasa?”

September 08, 2008

Setan Yang Gak Diikat

Adegan jam 4 sore...

Kadek : Aku lapar, belum makan siang.
Shara (teman kantor yang sedang berpuasa) : Aku juga.
Kadek: Aku ngopi aja kali, ya.
Shara: Kasian ya perut lo. (Kadek pura-pura gak dengar)

Kadek pun mulai meracik kopi. Tak lama berselang, dia kembali duduk di sebelah Shara, sambil asyik menyesap kopi.

Kadek: Maaf ya, aku setan yang ga di-ikat.
Shara: Ga papa, pahala buat gue.

Lalu, kami kembali bekerja...