Menatap ke luar jendela metro mini yang jalannya merayap bak kura-kura. Di depan, jalanan macet penuh mobil yang tak sabaran. Saya memandang lesu ke pinggir jalan. Sebuah tong sampah bulat dan besar dari seng. Warna catnya yang kuning sudah pudar oleh karat. Penyok di sana-sini, mungkin oleh tendangan orang-orang Jakarta yang putus asa atau motor-motor yang menerjang trotoar malah menabrak tong sampah.
Setiap manusia memiliki cerita dan kisah. Itu yang selalu dalam benak saya. Tapi hidup membawa saya ke suatu pemikiran, setiap benda pun memiliki cerita, punya masa lalu yang bersejarah baginya, saksi dari berbagai kehidupan di sekelilingnya. Andai benda bisa berbicara, pasti banyak kisah yang tumpah dari dirinya.
Tong sampah yang tampak tak bernilai dan rendahan, dia juga telah menjadi saksi kehidupan orang-orang Jakarta. Siapakah pembuatnya? Siapakah yang memprakarsai-nya? Bisa saja yang pertama kali membuat perintah untuk membuat tong sampah ini adalah seseorang yang saya pernah temui. Atau si pembuat tong sampah adalah seseorang yang saya kenal.
Mungkin saja saat si pembuat tong sampah sedang serius membuatnya, istrinya baru saja melahirkan anak pertama. Atau orang yang menyuruh membuatnya, saat itu sedang dirudung masalah karena anaknya sedang sakit demam berdarah.
Lalu, orang-orang yang telah membuang sampah di tong sampah itu. Sudah berapa banyak? Pastinya tak terhitung lagi. Dari berbagai orang itu, pastilah ada orang yang saya kenal dan pernah saya temui, walau hanya sepintas lalu.
Persinggungan yang tak ada habisnya. Dunia yang bulat ini, setiap manusia, setiap benda, saling berlintasan. Seirama dengan tarian alam semesta yang misterius...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar